Friday, 22 March 2013

Sahabat Jadi Cinta

Bangun tidur mataku merah dan sembab, di tambah lingkaran hitam yang menggantung. Semalaman aku tak bisa memicingkan mata sedikitpun, dan pagi ini aku jadi lemas sekali dan tak bersemangat. Selain karena tak bisa memicingkan mata, semalaman aku juga menangis, menangis seperti anak kecil, di hadapan Rabb ku. Aku bingung dan tak tau apa yang harus aku perbuat, aku tak bisa memutuskan sendiri perkara ini.

Setelah curhat semalaman dengan Sang Maha Pendengar, Ada sedikit kelegaan di hatiku, tapi saat ini aku sangat memerlukan seseorang yang bisa memberikan saran dan pendapat. Segera aku cari HP yang tergeletak di atas kasur, di phonebook langsung ku cari nama Putri, sahabat karib ku semenjak SMP. Terdengar nada sambung di balik HPku, 

"Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumusalam, apa kabar Nis, tumben banget pagi-pagi nelfon?" jawaban dari seberang

"Alhamdulillah sehat Put, kamu apa kabar? 

"Alhamdulillah Aku dan keluarga juga sehat, ada angin apa nih?"

"Put, aku pengen ketemu, penting, sekarang juga, izin sama suamimu sekarang, kita ketemuan di tempat biasa" klik, langsung ku matikan sambungan telepon, segera kuraih tas dan kunci mobil.

***
Setelah memarkirkan mobil, segera aku berlari ke dalam restoran yang sudah jadi tempat tongkrongan kami beberapa tahun terakhir ini, para pelayan dan karyawan restoran sudah hafal banget dengan wajahku dan temen-temen yang lain, karna kami pelanggan setia yang selalu merusuh dan membuat gaduh. Aku sudah yakin Putri sudah sampai dari tadi, karena memang jarak rumah nya yang tak terlalu jauh dari restoran ini.

Begitu melihatku berjalan ke arahnya, putri kelihatan bingung dan mengernyitkan kening, segera setelah salaman dan cipika-cipiki putri langsung memberondongku dengan pertanyaa. "Kamu kenapa si Nis? tampang kamu kacau banget? ada apa sih? kamu nggak lagi kambuhkan? liat tu penampilan kamu parah banget, kayak manusia yang baru keluar dari gua setelah bertapa ribuan tahun".

Aku hanya cengengesan dan melihat kembali penampilanku, dari kepala hingga ujung kaki, jilbab langsung yang lusuh, baju kaos kegedean, rok batik lebar nggak jelas, kaos kaki warna-warni plus sendal jepit dan mata hitam dan sembab. Tapi bodo' amat ah, toh bukan itu yang penting sekarang. Segera setelah duduk, ku panggil pelayan dan memesan makanan yang sebenernya porsi untuk dua orang, padahal putri sudah memesan terlebih dahulu, aku memang lagi laper banget, seingatku, siang kemarin terakhir aku menyentuh makanan, makanya sekarang penghuni perutku sudah pada demo.

Aku memperhatikan putri yang sedang bingung melihatku, 

"kamu kenapa put? kesambet? ujarku sambil tertawa, 

"enak aja, kamu yang kesambet kayaknya, tampang parah gini, kamu habis nangis ya? mata kamu parah banget?"

"tau aja si kamu hehehe,, aku bingung put, nggak tau harus gimana lagi, aku  nggak tau harus jawab apa? "

"memangnya ada apa sih, cerita dari awal" Putri penasaran

"Put, kamu kan tau dari kita berenam satu genk sejak SMP sampai kuliah, cuma aku  dan Azhar yang belum nikah, kamu udah nikah dari setahun lalu, Andini udah punya anak dua, Santi baru melahirkan dan si ketua Genk kita Satria baru nikah sebulan yang lalu" 

"trus? kamu mau nikah? kapan? kok aku nggak tau calonnya siapa?" putri nanya nggak sabaran 

" ya tiap orang pasti mau niikah lah put, gimana si kamu, kalau kapannya aku juga nggak tau kapan, hmm calonnya?? itu yang mau aku omongin serius sama kamu. Inget nggak kejadian lebaran dua tahun lalu, waktu itu di rumah kamu cuma ada aku, kamu, Satria dan Azhar?" 

"pastinya lah aku inget nis, kita kan waktu itu "menggila" bareng, becanda nggak karuan berjam-jam sampai tetangga gedor-gedor pintu karena kita berisik hahaha,, lucu banget waktu itu" 

"iya, parah ya kita" ucapku sambil tersenyum, "masih inget nggak Azhar pernah bilang gini, "kalau dua tahun lagi kamu belum juga nikah atau menemukan calon Nis, aku bakalan datang ke rumah kamu dan ketemu sama Ibu dan Ayah buat ngelamar kamu jadi istri aku" aku mengucap itu sambil tanganku gemeteran

"iya, ingetlah, habis itu kamu kan di ejek Satria, di bilang nggak laku hahaha"

aku melotot tajam ke mata Putri, diapun tersenyum dan berkata "iya, iya aku tau, bukan nggak laku, tapi kamu punya prinsip, nggak akan pacaran sebelum nikah, dosa kan kamu bilang?, itu kan cuma becandaannya Satri aja Nis, jangan marah donk?"

"iya, nggak marah kok, aku tau kalian semua ngerti itu, dan tau nggak put, kemaren siang Azhar kerumah, ketemu Ibu dan Ayah dan " hufffftttt......aku menarik nafas berat

"dan apa Nis?" penasaran ni

"Dia ngelamar aku Put, dan sebelumnya tak sepatah katapun dia tak pernah membicarakan ini padaku Put, maksudnya apa coba? dia pikir nikah itu perkara main-main apa, aku mau nikah cuma sekali seumur hidup Put, ini juga bukan hanya tentang dunia Put, tapi juga akhirat" 

"serius kamu Nis? bukannya waktu itu kita cuma bercanda ya? cuma pembicaraan omong kosong? aku nggak tau dia seserius itu? atau jangan-jangan selama ini dia memang suka sama kamu Nis?" 

"itu yang buat aku senewen dari kemarin Put, kemarin siang aku nggak di rumah, dia pun kerumah nggak bilang sebelumnya, dan aku nggak sempet ketemu dia Put, Ayah yang cerita kalau dia datang untuk melamar aku, dan dia serius. Dari semalam, HP nya nggak bisa di hubungi sama sekali, aku samperin di rumahnya, dianya nggak ada. Aku bener-bener bisa gila di buatnya kalau begini put, jika ini bercanda, ini bener-bener nggak lucu, sumpah. Awas aja kalau ketemu orangnya" ucapku sambil geram setengah mati

Entah kenapa pandangan putri jadi aneh melihatku, dia seperti memberi kode untuk melihat ke belakang, dan refleks aku menoleh ke belakang dan ternyata dia yang di bicarakan dari tadi sudah berdiri di belakangku, aku pandangi dia dan dia tersenyum dengan manisnya, tiba-tiba jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya, dan entah kenapa aku melihat Azhar pagi ini jadi lain dari biasanya.

Segera dia duduk di kursi yang ada di hadapanku dan kembali tersenyum "sorry, aku nguping pembicaraan kalian, habis aku berdiri dari tadi tapi nggak ada yang nyadar, dan masalah itu Nis, aku akan menjelaskan sekarang".

Putri tiba-tiba berkata " Aku perlu nggak masih disini? atau aku pergi aja kali ya, kalian selesaikan masalah kalian berdua" putri berdiri

Azhar menjawab " Kamu di sini aja Put, biar kamu jadi saksi" katanya tegas

"saksi? hmm baiklah" putri kembali duduk di sampingku

Azhar menarik nafas sejenak dan berkata " Kita sudah saling mengenal sudah belasan tahun, sejak kita masih bocah ingusan yang baru tau cinta-cintaan, kita berenam bukan lagi sekedar teman tapi sahabat yang sudah menjadi bagian dari keluarga, sangat dekat dan erat. Kita tumbuh besar bersama, 15 tahun itu bukan waktu yang singkat untuk menguji persahabatan kita, dan kalian berdua tau, tak sekalipun kita pernah bertengkar atau bermusuhan, kita sudah saling mengerti satu sama lain. 

"Kita berenam sudah tau kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan tak pernah ada rahasia di antara kita berenam. Dan kita sudah menghantarkan 4 orang dari enam lingkaran persahabatan ini, ke jenjang pernikahan dan bahkan kita sudah punya 3 orang keponakan yang lucu. Dan sekarang hanya tinggal Aku dan kamu Nis, dan yang menjadi alasan bukan karena hanya tinggal kita berdua yang masih lajang yang membuat aku melamarmu, sungguh bukan karena itu" Azhar menggeser duduknya dan menarik nafas kembali, kali ini terkesan nafasnya berat.

"ini rahasia yang aku simpan bertahun-tahun, bahkan aku menyimpan rahasia ini rapat-rapat dari diriku sendiri, dan maafkan aku menyimpan rahasia dari kalian semua".

Azhar menatapku lembut " Aku mencintai mu Nis, dari dulu, sejak kita masih berseragam abu-abu hingga kini, dan perasaan itu tak berkurang sedikitpun, semakin aku ingin menghilangkannya, perasaan itu makin tumbuh subur".

"Aku mencintai kekurangan dan kelebihanmu, aku suka caramu tersenyum, aku suka caramu berbicara, aku suka caramu menyapa, dan kau tau apa yang paling aku suka darimu, aku suka caramu menjaga diri dan marwahmu, aku suka semua yang ada padamu Nis, sangat amat suka.

"Bertahun-tahun aku menyimpan semua ini, hanya karena aku tak ingin merusak persahabatan kita yang sungguh sangat istimewa. Dan kamu ingat Nis, kata-kataku dua tahun lalu, jika dalam dua tahun kamu belum juga menikah atau memiliki calon suami, aku akan melamarmu, itu pernyataan serius yang kalian jawab dengan tawa".

"Aku memberikanmu kesempatan untuk mencari bahagiamu Nis, dan dua tahun itu ku rasa cukup bagiku untuk mempersiapkan diri, untuk mengungkapkannya langsung di hadapanmu, AKU MENCINTAIMU NIS, dan maukah kamu menjadi istri yang akan menemani sisa hidupku Nis?  apapun jawabanmu aku terima." aku melihat kelegaan dari wajah Azhar, dan aku melihat ketulusan dari matanya.

Aku hanya bisa tertunduk dan air mataku meleleh, dan aku pun menatap matanya dan mengangguk yakin, kamulah yang akan menjadi Imamku, yang akan membimbingku Dunia & Akhirat. Dan aku sangat bersyukur, segala puji bagi Allah yang telah menjagaku selama ini, yang membuatku bisa menyimpan rapat perasaan ini, perasaanku terhadapmu Azhar Al Khatiri. Perasaan cinta yang juga sudah bertahun-tahun bersemanyam di hatiku, suatu saat nanti, ketika Ijab Sah itu telah terucap, kan ku ungkapkan kepadamu bahwa "Aku Juga Mencintaimu Azhar".

~~Selesai~~


12 comments:

  1. Replies
    1. yg nulis manis juga kan mbak? #PD hehe

      Delete
  2. wah,,
    ada gak ya untuk Aq..
    heheheheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau yg beginian juga buk? yakin? hehe

      Delete
  3. komen komen komen komen komen, share share share shre kisah nyata kah?

    ReplyDelete
  4. aiiiiihhh subhanallah manis sekali ceritanya.
    kisah nyatakah mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. mkasih mas, bukan kisah nyata, hanya rekayasa penulis hehe

      Delete
  5. apa jadinya apabila cinta itu brubah dari sahabat dan ingin menjadi kekasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa jadi cinta terbalas, bisa jadi juga persahabatan jadi renggang mas, tergantung orangnya sih :)

      Delete
  6. aaaah. #nariknafas
    banyak kejadian seperti ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. banyak ya mbak? salah satunya juga kah? hehe

      Delete

Pembaca yang baik, selalu meninggalkan jejak ^^

Membuat Kimchi rumahan

Sebagai salah satu penggemar Kimchi makanan Korea, yang dulu sampai bela-belain beli di salah satu restoran korea di bandung dan dipaketin ...