bayang-bayang hanya berhak setia
menyusur partitur kecil
suaranya angin tumbang
agar bisa berpisah
tubuh ke tanah
jiwa ke angkasa
bayang-bayang ke sebermula
suaramu lorong kosong
sepanjang kenanganku
sepi itu, mata air itu
diammu ruang lapang
seluas angan-anganku
luka itu, muara itu
/ii/
di jantungku
sayup terdengar
debarmu hening
di langit langit
tempurung kepalaku
terbit silau
cahayamu
dalam intiku
kau terbenam
/iii/
kita tak akan pernah bertemu
aku dalam dirimu
tiadakah pilihan
kecuali disitu?
kau terpencil dalam diriku
Dari dulu selalu suka dengan semua puisi karya pak Sapardi, apalagi jika sudah menjadi musikalisasi puisi, syahdu sendu dan menghujam dalam kalbu.
Salah satu puisi yang saya suka yaitu Hujan bulan Juni, jika sedang musim hujan dan mendengarkan musikalisasi puisi itu, saya bisa mendadak puitis hihi..
Sepilihan Hajak Hujan Bulan Juni |
Pertengahan tahun 2015 pak Sapardi menjadikan puisi Hujan bulan Juni menjadi novel, saya sempat tak percaya dan penasaran sekali bagaimana isi novelnya tersebut. Sebelumnya saya sudah membaca novel yang beliau buat yang berjudul Trilogi Soekram. Saya penasaran apakah novel terbaru tersebut akan sama.
Ketika novel tersebut diterbitkan di Jakarta, saya semakin tidak sabar untuk memilikinya, maka di buatlah dp bbm kala itu dengan foto novel tersebut beserta status yang sebenernya tidak bermaksud untuk mengode seseorang, eh ternyata ada yang liat itu dp bbm dan membelikan novel tersebut. Yang membuat spesial bukan novelnya, tapi kedatangan yang memberi buku beserta kedua orang tuanya hehe..
Novel ini menceritakan tentang kisah cinta antara Sarwono yang merupakan seorang dosen muda UI dengan perempuan yang bernama Pingkan yang merupakan asisten dosen, dengan konflik perbedaan suku dan agama. Cerita pada novel ini di akhiri dengan tiga sajak kecil di atas. Sebenarnya saya tidak rela karena endingnya yang menggantung, belum lagi membaca dari awal sampe akhir harus membuat kening berkerut berkali-kali, ini maksud ceritanya apa, saya memang tak terlalu cerdas untuk memahami kisah yang di sampaikan oleh bapak Sapardi, sama seperti novel Trilogi Soekram sebelumnya. Tapi yang paling menarik adalah sajak terakhir tersebut, saya suka sajak kedua dan ketiga yang beliau tulis, pertama kali membaca sajak tersebut saya merasa nyess (bingung menjelaskan dengan kata-kata).
Yang belum membaca silahkan membaca novel ini, mungkin mbak Eka juga penasaran 😊
Yang dateng ngasih buku sambil bawa orang tuanya itu suami Dian ya? So sweeet...
ReplyDeleteBerawal dari buku, berlanjut ke penghulu hehehe
Iya mbak suami, hehe
Deletepas kebetulan lgi silaturrahmi keluarga trus di kasih buku
cooocuiittt. hehe
ReplyDeleteBaru ngeh sudah dinovelisasikan.
ReplyDeleteWaktu membaca buku Hujan Bulan Juni -nya saja, saya sambil berkerut-kerut juga, soalnya saya bener2 bukan penikmat puisi.
Btw, idem sm Roy & mba Dian R.. so sweet sekalii
Udah mbak, dr tahun lalu, tpi beda jauh sihnsama puisinya
Deletehehe..
Saya juga bukan penggermar puisi, tapi syairnya di atas bait puisi sedih ya..
ReplyDeleteIya mbak, dalem bgt
DeleteHehehehe.... saya dulu gemar baca puisi, sudah lama tidak.... Tapi rasanya memang kesel ya ketika capek baca novel, dan penasaran, eh ternyata endingnya begitu.... hidup memang tidak semuanya indah....
ReplyDeleteIya banget mbak, tak semua berakhir happy ending
DeleteSaya suka puisi Sapardi Djoko Damono, "Aku Ingin". Dulu pernah nyanyikan bersama teman paduan suara :)
ReplyDeleteSaya juga suka aku ingin mas, kyk nya semua yg sdh di musikalisasikan saya suka hehe
DeletePuisi selalu menyentuh hati dgn caranya yg privasi
ReplyDeleteIya kak
Deleteso sweet...
ReplyDeletedulu jaman smp suka bikin puisi...
masuk STM no more puisi, gimana berpuisi kawannya cowok semua..hehe...