Thursday, 13 December 2012

SENJA JINGGA DI ALEXANDRIA


Alexandria, 24 Agustus 2012

Sore ini langit terlihat sangat cerah, langit jingga terhampar dengan indahnya, terlihat matahari yang kembali keparaduan dengan anggunnya. Sudah 1 jam lebih aku duduk di atas pasir putih ini, memandang luas ke lautan lepas Mediterania di hadapanku, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang baik masyarakat lokal maupun para turis mancanegara sembari menikmati keindahan yang telah Allah ciptakan di depan mataku.

Kecintaanku pada senja dan jingga membuatku selalu ingin merasakan setiap hari dengan melihatnya. dan ini adalah impianku sejak aku kecil dulu, "Menikmati senja jingga di Alexandria". Dan sekarang semua itu bukan lagi menjadi impian, karena sekarang aku sedang menjalani impianku, duduk di pinggir pantai sambil menikmati indahnya senja jingga di hadapanku dan ini di Alexandria. sebuah kota yang ada di negeri para penuntut ilmu yang sangat terkenal yaitu Mesir.

Keyakinanku selama ini berbuah hasil, aku meraih impianku. Ketika kecil dulu setiap aku mengutarakan impian-impianku kepada kakak, abang dan teman-temanku, mereka selalu mengejekku, sambil berkata " ga' usah menghayal terlalu tinggi ki, nanti kalau jatuh sakit, jangan kayak pungguk merindukan bulan, liat kamu itu siapa?". 

Walaupun mereka selalu meremehkan impian-impianku, tapi aku sangat yakin bisa mewujudkan semua itu, ga' ada yang mustahil bagi Allah, ketika Allah berkehendak, apapun bisa terjadi, yang terpenting usaha, ikhtiar dan doa kita yang tak pernah putus. dan aku mengingat sebuah nasehat yang berkata " Kenyataan mu saat ini adalah impian dari masa lalumu, dan impianmu saat ini adalah kenyataan masa depanmu".


Kairo, 15 Agustus 2012

Saat itu aku sedang membaca buku di ruang tamu asrama ku, membaca buku yang di berikan seorang teman tadi pagi ketika kami bertemu di mesjid kampus. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu tokk,, tokk,,  "Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumusalam Warahmatullah... Sebentar" aku buka pintu dan ternyata yang ada di hadapankua adalah kang  Hasyim, teman sekelasku di kampus, kang Hasyim adalah keturunan Sunda dan Mesir, ibunya adalah mojang asli Bandung yang saat bertemu ayahnya sedang kuliah di Kairo yang keturunan arab, itulah yang membuatnya begitu tampam, berpostur tinggi, berhidung mancung, berkulit putih dan juga memiliki iris mata yang hitam pekat. 

"Apa kabar ki?" sapanya terlebih dahulu dan menjabat tangan ku

"Alhamdulillah sehat, kang apa kabar?" ku balas jabatan tangannya dengan genggaman erat.

"Alhamdulillah sehat juga, kemana aja ga' pernah keliatan di sekretariat? Mas Gun nyariin antum tu?" kami tergabung dalam organisasi yang sama yaitu PMI (Persatuan Mahasiswa Indonesia) yang mana aku sebagai pengurus humas dan kang Hasyim sebagai sekretaris di organisasi itu. 

"ada kerjaan di KBRI kang, ga' bisa di tinggal, rencananya baru siang ini mau ke sekre, ehh akang udah nyamperin duluan, masuk kang, ampe lupa nyuruh masuk hehe" sambil nyengir kuda.

Alhamdulillah sejak 1 tahun yang lalu aku diberikan kepercayan oleh para pejabat dan staf KBRI untuk Mesir, menjadi pengajar ngaji untuk anak-anak mereka, dan karena saat ini bulan Ramadhan intensitas mengajarku semakin di tambah dan juga ada beberapa pekerjaan lain yang di amanahkan kepadaku.

"Antum sendirian di asrama ki? yang lain pada kemana?" kang Hasyim bertanya

Sambil menghela nafas " hufffthh,, yang lain pada pulang kampung kang, mau ngerayain Lebaran bareng keluarga, udah rindu berat katanya, tinggal ane seorang diri dalam sepi dan sunyi di sini kang" ujarku sok puitis

"hahahaha,, owh jadi ceritanya kesepian nih? kasian banget antum hehe, balas kang Hasyim menimpali gurauanku."Antum ga' pulang kampung juga?" balasnya

" hehe iya kang" ucapku sambil garuk-garuk kepala,

"ga' kang, kondisi finansial sedang tidak memungkikan ane untuk menyeberangi samudra dan lautan, biarlah rindu ini terpendam di lubuk hati yang paling dalam, ujarku"

Kang Hasyim menimpukku dengan bantal yang ada di sofa sambil tertawa " hahahaha,, dasar ente emang rada-rada, sok puitis"

"bukaan sok puitis kang, emank puitis, kan ane pujangga, pujangga gagal hahaha" 

"hahaha,, sudah-sudah, ane kesini karna mau ada yang ane sampaikan ke antum" kang hasyim menimpali

"apa itu kang?, serius sepertinya?" aku jadi penasaran.

"Antum lebaran ini ada planing kemana?,,

"Ga' kemana-mana kang, kayaknya di asrama aja, kenapa kang?  aku makin penasaran

"Gini ki, rencananya lebaran ini ane mau ke Alexandria, lebaran bareng keluarga disana, lebaran tahun ini kami ga' pulang ke Indonesia tapi, ngumpul di Alexandria, di rumah nenek, Kalau emang ente ga' ada planing kemana-mana, ane mau ngajak antum untuk lebaran bareng di sana, antum mau?

Mata ku langsung berbinar mendengarkan tawaran itu "mau,, mau kang,," 

Alhamdulillah akhirnya aku tak akan melewati lebaran tahun ini dengan kesepian, ga' terbayangkan apa yang akan aku lakukan jika lebaran ini sendirian, mungkin aku hanya akan mengurung diri di kamar sambil meratapi kerinduanku kepada Ama (ibu), nenek, kakek, serta abang dan kakak ku di Sumatra sana. Sudah dua tahun ake tak bertemu dengan mereka, tapi apa yang bisa ku perbuat, aku hanya bisa memendam rindu dan menunggu hingga aku bisa berhasil menyelesaikan kuliahku di sini dan kembali ke tanah air dan membuat mereka, orang-orang yang kucinta bangga.

"Alhamdulillah,, ok kalau gitu, 3 hari lagi kita berangkat kesana, kita hanya berdua, Ayah dan ibu udah disana sejak awal ramadhan lalu. Aku akan menjemputmu disini" kang Hasyim menjelaskan.

"iya kang, Syukron buat semuanya, akhirnya aku tak akan melewati lebaran tahun ini sendiri" ucapku sambil tersenyum padanya. 

"sami-sami, kita kan saudara ki, ane ga' akan tega ninggalin antum lebaran sendirian disini" balasnya sambil tersenyum, "ane pamit dulu ya, ada agenda di kampus yang harus ane selesaikan?

"ok kang, sekali lagi terima kasih kang" aku menjabat tangannya dengan erat. 

dia tersenyum dan mengucap salam "Assalamualaikum,,"

"Wa'alaikumusalam"..


Payakumbuh, 2 Juli 2010

Bergetar tanganku menerima surat dari Jakarta itu, sebuah surat yang menyatakan aku lulus tes beasiswa untuk Kuliah di Universitas Al Azhar Kairo, ya Kairo, aku akan kuliah di sana, dimana tempat itu adalah tempat yang banyak melahirkan ulama-ulama besar, dan "aku akan kuliah disana" ucapku dalam hati dan kegirangan, Tak henti-hentinya aku mengucap syukur kepada Allah SWT atas semua nikmat yang diberikannya kepadaku. 

Siapa yang menyangka dan percaya bahwa aku, Riski Saputra, laki-laki berbadan kecil kurus, berkaca mata minus dan anak seorang penggiling cabe akan melanjutkan kuliah di Kairo. Sungguh sesuatu yang amat tidak bisa di percaya.

Ya aku memanglah anak dari seorang penggiling cabe, ayahku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit yang di deritanya, tinggallah ibu ku yang membesarkan kami berempat. Aku anak ke empat dari    empat bersaudara, Abang pertama ku telah bekerja di Padang, di salah satu Universitas disana, kakak kedua ku telah menjadi guru dan mengabdikan hidupnya di Mentawai, di sebuah desa di sebuah pulau kecil yang ada disana dan abangku yang ketiga memilih untuk membuka usaha kecil-kecilan di mentawai dan tidak melanjutkan untuk kuliah. 

Rasa bangga ku yang luar biasa untuk Ama yang telah membesarkan kami dengan tetesan peluh dan keringatnya. Dengan menggiling cabe di pasar, Ama berangkat subuh-subuh dan kembali kerumah malam hari, seharian dia menggiling berkilo-kilo cabe dengan menggunakan batu giling, dan tanpa mesin sama sekali,  dan tau berapa penghasilan yang di dapatnya setelah bekerja seharian? hanya Rp.10.000 - Rp. 15.000 rupiah sehari dan itu sudah dilakukannya bertahun-tahun untuk membiayai biaya sekolahku serta kakak dan abang-abangku.

Semua jasanya tak akan pernah bisa aku balas, beban hidup yang begitu berat di tanggungnya sendiri, sungguh dia adalah seorang ibu yang luar biasa bagiku. Sekarang yang menjadi tujuanku hanyalah ingin membuatnya bangga mempunyai anak sepertiku, aku hanya ingin mengukir senyum di wajahnya yang sudah tak muda lagi itu. 

Sesampainya di rumah aku segera mencari keberadaan Ama, ternyata dia sedang berada di dapur, ku cium takzim tangannya sambil tersenyum. 

"Ma, Ado yang ka Riski sampaikan ka Ama" sambil menggamit tangan Ama meninggalkan dapur dan menuju ke ruang tamu.

"Apo itu ki" ucap Ama penasaran

ku serahkan Amplop putih yang baru aku baca padanya, di bacanya surat itu dengan saksama, ada air mata mengalir di pipinya, aku melihat ada haru, bangga dan sedih dimatanya. Haru dan bangga karena anaknya bisa lulus tes beasiswandan akan kuliah di Kairo dan sedih karena anak bungsunya akan meninggalkannya jauh dan entah berapa lama akan bertemu lagi.

" Ama bangga jo wa'ang ki, belajar yang rajin yo nak, buek keluarga awak bangga" ucap ama dengan berurai air mata dan memelukku

" Riski janji akan buek Ama dan keluarga awak bangga ma, tarimo kasi untuak kasado pengorbanan dan perjuangan Ama untuak ki" ku peluk erat tubuh kecilnya dan tak ingin rasanya ku lepas. Empat-lima tahun kedepan akau mungkin tak akan bisa memeluknya seperti ini, tapi biarlah, demi cita-cita dan membuatnya bangga, aku akan melakukan apa pun.

Sebelum aku mengikuti tes ini, Ama sempat tak mengizinkaku untuk mengikutinya, kalau aku lulus dan kuliah disana maka aku akan jauh dari Ama dan lama tak akan bertemu dengannya, tapi dengan membujuk dan merayunya serta di yakinkan oleh kakak, abang dan keluarga ku akhirnya Ama luluh juga dan mengizikanku untuk mengikuti tes di Jakarta.

Semua yang aku lakukan hanya untuk Ama, untuk mengukir senyum di wajahnya...

~ SELESAI ~

Catatan:
Dalam Bahasa Minang
1. ado = ada
2. ka = akan / mau
3. apo =  apa
4. jo = sama
5. wa'ang = kamu (laki-laki)
6. buek = buat
7. awak = kita, kadang di gunakan untuk diri sendiri/saya, atau kadang di artikan sebagai kami (tergantung daerah masing-masing)
8. tarimo Kasi = terima kasih
9. Ama = ibu, kadang di panggil bundo, mandeh, atau amak
10. kasado = semua
11. untuak = untuk

By: Lailaturrahmaniyah

2 comments:

Pembaca yang baik, selalu meninggalkan jejak ^^

Membuat Kimchi rumahan

Sebagai salah satu penggemar Kimchi makanan Korea, yang dulu sampai bela-belain beli di salah satu restoran korea di bandung dan dipaketin ...