Alexandria, 24 Agustus 2012
Sore ini langit terlihat sangat
cerah, langit jingga terhampar dengan indahnya, terlihat matahari yang kembali
keparaduan dengan anggunnya. Sudah 1 jam lebih aku duduk di atas pasir putih
ini, memandang luas ke lautan lepas Mediterania di hadapanku, memperhatikan
orang-orang yang berlalu lalang baik masyarakat lokal maupun para turis
mancanegara sembari menikmati keindahan yang telah Allah ciptakan di depan
mataku.
Kecintaanku pada senja dan jingga
membuatku selalu ingin merasakan setiap hari dengan melihatnya. dan ini adalah
impianku sejak aku kecil dulu, "Menikmati senja jingga di
Alexandria". Dan sekarang semua itu bukan lagi menjadi impian, karena
sekarang aku sedang menjalani impianku, duduk di pinggir pantai sambil
menikmati indahnya senja jingga di hadapanku dan ini di Alexandria. sebuah kota
yang ada di negeri para penuntut ilmu yang sangat terkenal yaitu Mesir.
Keyakinanku selama ini berbuah
hasil, aku meraih impianku. Ketika kecil dulu setiap aku mengutarakan
impian-impianku kepada kakak, abang dan teman-temanku, mereka selalu
mengejekku, sambil berkata " ga' usah menghayal terlalu tinggi ki, nanti
kalau jatuh sakit, jangan kayak pungguk merindukan bulan, liat kamu itu
siapa?".
Walaupun mereka selalu meremehkan
impian-impianku, tapi aku sangat yakin bisa mewujudkan semua itu, ga' ada yang
mustahil bagi Allah, ketika Allah berkehendak, apapun bisa terjadi, yang
terpenting usaha, ikhtiar dan doa kita yang tak pernah putus. dan aku mengingat
sebuah nasehat yang berkata " Kenyataan mu saat ini adalah impian dari
masa lalumu, dan impianmu saat ini adalah kenyataan masa depanmu".
Kairo, 15 Agustus 2012
Saat itu aku sedang membaca buku di
ruang tamu asrama ku, membaca buku yang di berikan seorang teman tadi pagi
ketika kami bertemu di mesjid kampus. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu tokk,,
tokk,, "Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumusalam
Warahmatullah... Sebentar" aku buka pintu dan ternyata yang ada di
hadapankua adalah kang Hasyim, teman sekelasku di kampus, kang Hasyim
adalah keturunan Sunda dan Mesir, ibunya adalah mojang asli Bandung yang saat
bertemu ayahnya sedang kuliah di Kairo yang keturunan arab, itulah yang
membuatnya begitu tampam, berpostur tinggi, berhidung mancung, berkulit putih
dan juga memiliki iris mata yang hitam pekat.
"Apa kabar ki?" sapanya
terlebih dahulu dan menjabat tangan ku
"Alhamdulillah sehat, kang apa
kabar?" ku balas jabatan tangannya dengan genggaman erat.
"Alhamdulillah sehat juga,
kemana aja ga' pernah keliatan di sekretariat? Mas Gun nyariin antum tu?"
kami tergabung dalam organisasi yang sama yaitu PMI (Persatuan Mahasiswa
Indonesia) yang mana aku sebagai pengurus humas dan kang Hasyim sebagai
sekretaris di organisasi itu.
"ada kerjaan di KBRI kang, ga'
bisa di tinggal, rencananya baru siang ini mau ke sekre, ehh akang udah
nyamperin duluan, masuk kang, ampe lupa nyuruh masuk hehe" sambil nyengir
kuda.
Alhamdulillah sejak 1 tahun yang
lalu aku diberikan kepercayan oleh para pejabat dan staf KBRI untuk Mesir,
menjadi pengajar ngaji untuk anak-anak mereka, dan karena saat ini bulan
Ramadhan intensitas mengajarku semakin di tambah dan juga ada beberapa
pekerjaan lain yang di amanahkan kepadaku.
"Antum sendirian di asrama ki?
yang lain pada kemana?" kang Hasyim bertanya
Sambil menghela nafas "
hufffthh,, yang lain pada pulang kampung kang, mau ngerayain Lebaran bareng
keluarga, udah rindu berat katanya, tinggal ane seorang diri dalam sepi dan
sunyi di sini kang" ujarku sok puitis
"hahahaha,, owh jadi ceritanya
kesepian nih? kasian banget antum hehe, balas kang Hasyim menimpali
gurauanku."Antum ga' pulang kampung juga?" balasnya
" hehe iya kang" ucapku
sambil garuk-garuk kepala,
"ga' kang, kondisi finansial sedang tidak memungkikan ane untuk menyeberangi samudra dan lautan, biarlah rindu ini terpendam di lubuk hati yang paling dalam, ujarku"
"ga' kang, kondisi finansial sedang tidak memungkikan ane untuk menyeberangi samudra dan lautan, biarlah rindu ini terpendam di lubuk hati yang paling dalam, ujarku"
Kang Hasyim menimpukku dengan
bantal yang ada di sofa sambil tertawa " hahahaha,, dasar ente emang
rada-rada, sok puitis"
"bukaan sok puitis kang, emank
puitis, kan ane pujangga, pujangga gagal hahaha"
"hahaha,, sudah-sudah, ane
kesini karna mau ada yang ane sampaikan ke antum" kang hasyim menimpali
"apa itu kang?, serius
sepertinya?" aku jadi penasaran.
"Antum lebaran ini ada planing
kemana?,,
"Ga' kemana-mana kang, kayaknya
di asrama aja, kenapa kang? aku makin penasaran
"Gini ki, rencananya lebaran
ini ane mau ke Alexandria, lebaran bareng keluarga disana, lebaran tahun ini
kami ga' pulang ke Indonesia tapi, ngumpul di Alexandria, di rumah nenek, Kalau
emang ente ga' ada planing kemana-mana, ane mau ngajak antum untuk lebaran
bareng di sana, antum mau?
Mata ku langsung berbinar
mendengarkan tawaran itu "mau,, mau kang,,"
Alhamdulillah akhirnya aku tak akan
melewati lebaran tahun ini dengan kesepian, ga' terbayangkan apa yang akan aku
lakukan jika lebaran ini sendirian, mungkin aku hanya akan mengurung diri di
kamar sambil meratapi kerinduanku kepada Ama (ibu), nenek, kakek, serta abang
dan kakak ku di Sumatra sana. Sudah dua tahun ake tak bertemu dengan mereka, tapi
apa yang bisa ku perbuat, aku hanya bisa memendam rindu dan menunggu hingga aku
bisa berhasil menyelesaikan kuliahku di sini dan kembali ke tanah air dan
membuat mereka, orang-orang yang kucinta bangga.
"Alhamdulillah,, ok kalau
gitu, 3 hari lagi kita berangkat kesana, kita hanya berdua, Ayah dan ibu udah
disana sejak awal ramadhan lalu. Aku akan menjemputmu disini" kang Hasyim
menjelaskan.
"iya kang, Syukron buat
semuanya, akhirnya aku tak akan melewati lebaran tahun ini sendiri" ucapku
sambil tersenyum padanya.
"sami-sami, kita kan saudara
ki, ane ga' akan tega ninggalin antum lebaran sendirian disini" balasnya
sambil tersenyum, "ane pamit dulu ya, ada agenda di kampus yang harus ane
selesaikan?
"ok kang, sekali lagi terima
kasih kang" aku menjabat tangannya dengan erat.
dia tersenyum dan mengucap salam
"Assalamualaikum,,"
"Wa'alaikumusalam"..
Payakumbuh, 2 Juli 2010
Bergetar tanganku menerima surat
dari Jakarta itu, sebuah surat yang menyatakan aku lulus tes beasiswa untuk
Kuliah di Universitas Al Azhar Kairo, ya Kairo, aku akan kuliah di sana, dimana
tempat itu adalah tempat yang banyak melahirkan ulama-ulama besar, dan
"aku akan kuliah disana" ucapku dalam hati dan kegirangan, Tak henti-hentinya
aku mengucap syukur kepada Allah SWT atas semua nikmat yang diberikannya
kepadaku.
Siapa yang menyangka dan percaya
bahwa aku, Riski Saputra, laki-laki berbadan kecil kurus, berkaca mata minus
dan anak seorang penggiling cabe akan melanjutkan kuliah di Kairo. Sungguh
sesuatu yang amat tidak bisa di percaya.
Ya aku memanglah anak dari seorang
penggiling cabe, ayahku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit
yang di deritanya, tinggallah ibu ku yang membesarkan kami berempat. Aku anak
ke empat dari empat bersaudara, Abang pertama ku telah bekerja di
Padang, di salah satu Universitas disana, kakak kedua ku telah menjadi guru dan
mengabdikan hidupnya di Mentawai, di sebuah desa di sebuah pulau kecil yang ada
disana dan abangku yang ketiga memilih untuk membuka usaha kecil-kecilan di
mentawai dan tidak melanjutkan untuk kuliah.
Rasa bangga ku yang luar biasa
untuk Ama yang telah membesarkan kami dengan tetesan peluh dan keringatnya.
Dengan menggiling cabe di pasar, Ama berangkat subuh-subuh dan kembali kerumah
malam hari, seharian dia menggiling berkilo-kilo cabe dengan menggunakan batu
giling, dan tanpa mesin sama sekali, dan tau berapa penghasilan yang di
dapatnya setelah bekerja seharian? hanya Rp.10.000 - Rp. 15.000 rupiah sehari
dan itu sudah dilakukannya bertahun-tahun untuk membiayai biaya sekolahku serta
kakak dan abang-abangku.
Semua jasanya tak akan pernah bisa
aku balas, beban hidup yang begitu berat di tanggungnya sendiri, sungguh dia
adalah seorang ibu yang luar biasa bagiku. Sekarang yang menjadi tujuanku
hanyalah ingin membuatnya bangga mempunyai anak sepertiku, aku hanya ingin
mengukir senyum di wajahnya yang sudah tak muda lagi itu.
Sesampainya di rumah aku segera
mencari keberadaan Ama, ternyata dia sedang berada di dapur, ku cium takzim
tangannya sambil tersenyum.
"Ma, Ado yang ka Riski
sampaikan ka Ama" sambil menggamit tangan Ama meninggalkan dapur dan
menuju ke ruang tamu.
"Apo itu ki" ucap Ama
penasaran
ku serahkan Amplop putih yang baru
aku baca padanya, di bacanya surat itu dengan saksama, ada air mata mengalir di
pipinya, aku melihat ada haru, bangga dan sedih dimatanya. Haru dan bangga
karena anaknya bisa lulus tes beasiswandan akan kuliah di Kairo dan sedih karena
anak bungsunya akan meninggalkannya jauh dan entah berapa lama akan bertemu
lagi.
" Ama bangga jo wa'ang ki,
belajar yang rajin yo nak, buek keluarga awak bangga" ucap ama dengan
berurai air mata dan memelukku
" Riski janji akan buek Ama
dan keluarga awak bangga ma, tarimo kasi untuak kasado pengorbanan dan
perjuangan Ama untuak ki" ku peluk erat tubuh kecilnya dan tak ingin
rasanya ku lepas. Empat-lima tahun kedepan akau mungkin tak akan bisa memeluknya
seperti ini, tapi biarlah, demi cita-cita dan membuatnya bangga, aku akan
melakukan apa pun.
Sebelum aku mengikuti tes ini, Ama
sempat tak mengizinkaku untuk mengikutinya, kalau aku lulus dan kuliah disana
maka aku akan jauh dari Ama dan lama tak akan bertemu dengannya, tapi dengan
membujuk dan merayunya serta di yakinkan oleh kakak, abang dan keluarga ku
akhirnya Ama luluh juga dan mengizikanku untuk mengikuti tes di Jakarta.
Semua yang aku lakukan hanya untuk
Ama, untuk mengukir senyum di wajahnya...
~
SELESAI ~
Catatan:
Dalam Bahasa Minang
1. ado = ada
2. ka = akan / mau
3. apo = apa
4. jo = sama
5. wa'ang = kamu (laki-laki)
6. buek = buat
7. awak = kita, kadang di gunakan
untuk diri sendiri/saya, atau kadang di artikan sebagai kami (tergantung daerah
masing-masing)
8. tarimo Kasi = terima kasih
9. Ama = ibu, kadang di panggil bundo, mandeh, atau amak
10. kasado = semua
11. untuak = untuk
8. tarimo Kasi = terima kasih
9. Ama = ibu, kadang di panggil bundo, mandeh, atau amak
10. kasado = semua
11. untuak = untuk
By: Lailaturrahmaniyah
kayaknya terinspirasi dari karya2 habiburahman ya?
ReplyDelete:), terispirasi dari kisah nyata mas
Deletehehe