Pagi
itu, entah mengapa aku ingin sekali pergi kesana, ketempat yang ku yakini bahwa
aku akan bertemu dengannya. Tempat itu adalah tempat dimana dia menghabiskan
hari-harinya, bercengkrama dengan malaikat-malaikat kecil yang mengukir senyum
ikhlas kepada siapa saja. Tempat dia membaktikan dirinya tanpa pamrih, dengan
hati riang dan penuh ketulusan.
Aku
merindukan senyum manisnya, tawa riangnya, dan matanya yang berbinar-binar
menatap malaikat-malaikat kecil itu. Dia bagaikan bidadari yang di kelilingi
oleh malaikat-malaikat kecil jika berada di sana, dan aku sangat merindukannya.
Tepat
jam 10 pagi, ku langkahkan kaki ku pergi ketempat itu, aku ingin bertemu
dengannya, aku ingin menyampaikan sesuatu kepadanya, sesuatu yang selama ini
yang selalu mengganggu pikiranku.
Hanya
butuh setengah jam perjalanan menggunakan motor untuk aku sampai di tempat itu.
Aku parkirkan motorku di parkiran di seberang gedung putih itu, Gedung putih
yang cukup luas, yang bisa menampung 200 penghuninya. Gedung itu memiliki plang
nama di atas pintu gerbangnya, bertuliskan "Yayasan Kangker Peduli
Bangsa". Ya, gedung ini adalah gedung yang menampung orang-orang yang
menderita kangker, dan dia bekerja di sini, setiap hari dia membaktikan
waktunya disini untuk merawat anak-anak kecil yang menderita kangker, anak-anak
kecil itu lah yang ku sebut malaikat-malaikat kecil.
Niatku
yang semula mantap untuk menemuinya, entah mengapa begitu berdiri di depan
gedung itu, nyaliku seketika ciut, kaki ku begitu sulit untuk di gerakkan. "Pengecut
kamu, untuk hal begini saja kamu tidak berani" batinku memarahi diriku
sendiri, tapi kaki ini tak kuasa untuk di gerakkan, kaki ku bagai sudah di
semen kuat di trotoar ini.
Tiba-tiba
muncul seorang perempuan berjilbab hitam dari pintu gedung putih itu, dan
ternyata perempuan itu dia, dia yang ingin ku temui, dia yang bagaikan bidadari
yang di kelilingi oleh malaikat-malaikat kecil. Senyumnya begitu manis
terkembang ketika keluar dari pintu itu, dan senyum itu kian surut begitu dia
melihat keluar karena matahari yang begitu menyengat. Dia berjalan perlahan
meninggalkan gedung itu, sembari munutupi wajahnya dengan kertas yang di
bawanya.
Melihatnya
membuat aku membeku seketika, wajahku tiba-tiba pucat dan membuat tatapanku
begitu tajam melihatnya. dan dia menatap ku, dan memperhatikanku dengan heran. Mungkin
dalam benaknya saat ini berkata
"
apa yang di lakukan laki-laki itu?"
"mengapa
dia menatapku seperti itu?"
dan
aku melihat kilatan ketakutan di matanya, aku menyesal telah melihatnya seperti
itu.
Dia
segera menunduk dan berlalu, dan entah mengapa kaki ku melangkah begitu saja,
aku menghampirinya, dan aku sekarang sudah berada di depannya, dia kaget begitu
melihatku yang muncul tiba-tiba di hadapannya. Dan dia memperhatikanku,
tatapannya terhujam langsung ke hadapanku, dan dia tersenyum, walaupun hanya
senyum yang bercampur dengan keheranan.
Semua
kata-kata yang telah aku susun dan aku ulang-ulang dari pagi untuk di ucapkan
kepadanya, seketika menguap entah kemana, otakku kosong, dan tak tau apa yang
harus aku lakukan. Aku ingin mengucapkan salam padanya dan berharap setelah itu
kata-kata lain akan muncul di pikiranku, begitu aku ingin mengucapkannya entah
mengapa bibirku begitu berat dan tak mampu mengucapkannya, bahkan hanya
mengucapkan salam saja aku tidak mampu. begitu pengecutnya aku, dan aku merasa
seperti orang bodoh yang berdiri di hadapannya.
Segera
aku palingkan tubuhku dan pergi berlalu meninggalkannya, aku tak berani menoleh
ke belakang, aku tak berani melihat ekspresi wajahnya, melihat aku yang datang
menghampirinya dan pergi begitu saja menginggalkannya.
Aku
menyesali kebodohanku, aku menyesali diri ku yang begitu pengecut, aku
menyesali diriku yang seperti ini. Jika tetap seperti ini, pikiran-pikiran yang
mengganggu itu selamanya tak kan pernah pergi dari ku.
Aku
menyesali kebodohanku...
Assalamu'alaikum..
ReplyDeleteSalam kenal mba Dian..
Salam Bloofers!
Semoga bisa berkunjung lagi kesini..
Wa'alaikumusalam..
DeleteSalam Kenal Mas Yudhi
terima kasih sudah berkunjung,
sering mampir ya hehe
kadang dihadapan perempuan yang begitu amat dikagumi, aku pun seperti itu. hanya bisa diam bercengkrama dengan kesunyian dan sepi. dan akhirnya ketika dia berlalu yang ada hanya sebuah penyesalan.
ReplyDeletecerita yang bagus. :)
Makasi mas Bayu
DeleteSalam kenal
ini sambungan dari
"Laki-laki berjubah hitam"